LAPORAN TAHUNAN ALDP: 2010
English Bahasa Indonesia

31 Juli 2009

Selama Ini Pemerintah Indonesia Tidak Pernah Membuka Diri (Lambert Pekikir) Bagian Kedua


Oleh: Andawat

Lambert langsung diminta bicara, wajahnya sedikit tegang kemudian raut kesedihan muncul, beberapa kali dia menghapus air matanya. Berikut kutipan perkataannya:

Atas nama tulang belulang teman – teman pejuang yang telah mati
Selama ini pemerintah Indonesia tidak pernah buka diri
Untuk menerima aspirasi bangsa Papua yang disampaikan di atas tanah Papua
Pemerintah dan militernya selalu keras
Tekan sana ,tangkap sana tangkap sini, aniaya, culik
Tapi saya sangat menyesal, karena pemerintah Indonesia sebagai anggota PBB,
dia tidak pernah menghargai hak asasi manusia
Dimana bangsa ini menuntut haknya
Satu hal saja, pemerintah tidak pernah terbuka untuk menerima aspirasi bangsa ini
Tim 100 sampaikan aspirasi, dan dikasih oleh Jakarta adalah Otonomi Khusus tapi tidak sesuai dengan hati nurani yang diinginkan bangsa ini
Papua itu, Ingin Merdeka! Tidak mau hidup dengan Indonesia
Untuk penyelesaian masalah itu kami minta bangsa Indonesia, serahkan tanah Papua ke tangan PBB
Untuk kita tinjau kembali pelaksanaan Pepera yang tidak jujur dan adil, tidak demokrasi
Kenapa OPM lahir? OPM lahir karena tidak ada kejujuran di atas tanah ini
Dimana saat Pepera terjadi pembantaian, rekayasa politik, manipulasi politik
Maka satu hal saja yang OPM minta, OPM dan kekuatan militernya TPN,
Indonesia harus kembalikan tanah ini ke PBB
Sesuai dengan thema yang terpampang pada spanduk
Kami akan tetap menggugat keabsahan masuknya Papua ke dalam NKRI
Atas pikiran itu saya berani dari markas hutan rimba menyampaikan aspirasi ini
Untuk mendengar suara hati kecil OPM apa yang dia mau sebenarnya
Satu hal saja yang kami mau
Kemerdekaan abadi, kedaulatan penuh
Pemerintah harus serahkan kembaii PBB untuk tinjau Pepera yang cacat hukum
OPM selalu dikejar, orang papua yang bicara merdeka selalu dikejar, selalu ditekan
Dimana demokrasi Indonesia yang sebenarnya?
Pepera adalah awal konflik sampai hari ini
Anak cucu minta merdeka, kalau persoalan Pepera tidak pernah ditinjau kembali.

Ketika ada yang bertanya apa artinya membuka diri?. Lambert menjawab karena orang Papua yang menyampaikan aspirasi selalu ditangkap, dituduh criminal dan melanggar hukum, pemerintah tidak melihat inti persoalan. Menurutnya OTSUS belum mengena di hati orang papua. OPM melaksanakan amanat rakyat dan OPM akan berjuang selama Indonesia masih menutup diri, jika dia mati maka anak-anaknya akan berjuang terus.

Saat ditanya apakah ada kaitannya dengan penembakan di Timika, Kibay dan beberapa kejadian di Arso sendiri ?. Menurutnya kasus di Kibay itu bukan OPM, Wensi, Isak Psakor dan lainnya adalah masyarakat dan rakyat Indonesia yang bermukim di sekitar kali Asin, Kibay sedangkan untuk kasus Freeport dia tidak tahu persis karena banyak orang cari makan di PT Freeport. Sedangkan mengenai pembakaran Uncen dan penyerangan polsek,”itu politik Indonesia sendiri..,”katanya.

Pator Jhon Jonga meminta kepada teman-teman media agar tidak salah menulis atau meliput gambar sebab yang mengibarkan bendera adalah Lambert dan seorang temannya yang terus berdiri di samping Lambert sedangkan yang lainnya adalah murni penduduk asli, masyarakat sipil dari kampung. Jangan dibilang mereka OPM, semuanya yang ada seperti perempuan dan anak – anak hanya mau menyaksikan sehingga diharapkan pihak kepolisian dan kodam tidak melakukan intimidiasi terhadap orang-orang di kampung Wembi.

Kepada Lambert, Pastor mengatakan bahwa dia diminta oleh kapolres Keerom agar Lambert mau menurunkan bendera kemudian bendera dan satu spanduk, 3 kertas berisi tuntutan dan barang lainnya diserahkan untuk dibawa ke polres Keerom, bersama dengan rombongan ikut seorang anggota polres Keerom anak asli kampung Wembi. Lambert bersedia menurunkan bendera tetapi bersikeras hanya akan menyerahkan spanduk dan pamflet sedangkan bendera akan dia bawa kembali ke markas. Pastor Jhon membujuk sekali lagi tapi Lambert tetap bertahan.

Sekitar pukul 2.30 siang, bendera pun diturunkan, sebelumnya Lambert bersama seorang anak buahnya melakukan penghormatan. Anak buahnya dengan sigap merubuhkan tiang, kemudian perlahan Lambert melepas tali pengikat bendera, pada saat itu dari arah kiri muncul dua orang anak buahnya menggunakan penutup wajah sambil membawa senjata laras panjang dan dari sebelah kiri muncul seorang dengan membawa senjata juga tanpa menggunakan penutup wajah. Sehingga jumlah seluruh ada 5 orang. Pastor Jhon mengajak semuanya berdoa sejenak.

Setelah itu hampir semua orang sibuk mengambil gambar peristiwa yang jarang terjadi itu. Menurut teman-teman wartawan ini kejadian sangat langka karena biasanya pada aksi pengibaran bendera mereka hanya meliput berita setelah ada penangkap,..”ini jelas, ada bendera dan mereka mengakuinya..”kata seorang wartawan. Kemudian rombongan dari Jayapura berbalik menuruni bukit, saat rombongan sedang berusaha menyeberang kali, terdengar bunyi sempritan semacam kode buat pasukan Lambert konon jumlahnya lebih dari 5 yang sempat tertangkap kamera tetapi mereka berada di sepanjang pinggir kali Mur berjaga-jaga, jejak Lambert dkk sudah tidak terlihat lagi di bukit. Ketika rombongan sampai di seberang dan akan naik mobil terdengar bunyi tembakan sekali, seperti penanda ‘kesuksesan’ aksi mereka.

Sesampai di kampung Wembi, pasukan kopasus sudah merapat diujung kampung, rumah tempat rombongan sebelum ke TKP. Mereka mencoba mengintimidasi rombongan sambil menengok ke dalam mobil yang kacanya sementara dalam keadan terbuka ,” semuanya ini dari mana?!” tanyanya kasar, “Wartawan apa saja, wartawan dari mana?!” tatapannya terus tajam kemudian berjalan ke arah bak belakang mobil dan minta catatan nama – nama wartawan. Pastor Jhon mengatakan bahwa kami harus buru-buru menyerahkan Barang Bukti ke kapolres.

Sesampai di polres Keerom hanya pastor Jhon yang masuk bersama tokoh adat, begitu dikabarkan wartawan mau wawancara, kalpores langsung berang ,” tidak ada berita, besok tidak ada berita.,” katanya.Wartawan juga tidak memaksa karena menurut mereka konfirmasi dari pihak keamanan tidak terlalu penting saat itu sebab mereka sudah langsung ke TKP dan bertemu dengan Lambert dkk. Wakapolres menawarkan rombongan untuk istirahat dulu menikmati indo mie di kantin sambil menunggu pastor Jhon, semuanya memang dalam keadaan lapar sejak pagi. Pertemuan di dalam ruang kapolres dilakukan bersama rombongan kopasus yang sudah lebih dulu sampai karena rombongan pastor singgah sebentar di Dekenat menunggu pastor ganti baju sebelum ke polres. Pertemuan masih berlangsung lama maka sebagian besar rombongan balik ke Jayapura dan hanya pastor dan tokoh adat yang masih mengikuti pertemuan. Sebelum rombongan pulang, beberapa orang sempat keluar dan mengeluh,”terlalu lama pembicaraan di dalam, kapolres seharusnya menyampaikan pandangan itu di pertemuan dengan muspida..”kata mereka.

Lambert tokoh yang sudah belasan tahun masuk hutan sekali sekali dia masuk ke Arso, memberikan tanda bahwa selalu ada reaksi yang tak terduga bila ada ketidakjelasan dari segala peristiwa apalagi jika dipaksa dibawa ke proses hukum. Perkataan dan ekspresinya menggambarkan dia seorang yang cerdas.”Saya bertanggungjawab, sebab memang ini OPM yang lakukan”, ujarnya. Meski di sisi lain teman-teman pro demokrasi yang mendengar aksi Lambert turut menyayangkan sebab menurut mereka dengan pengibaran bendera itu menandakan TPN/OPM terpancing dengan provokasi aksi –aksi boneka penaikan bendera dan aksi penyerangan dan itu akan menjadi alasan kuat bagi pihak militer untuk melakukan operasi.

Dari peristiwa Lambert menggambarkan bahwa masih ada OPM dengan kekuatan perlawanan yang rill. Mereka memang tak memiliki kekuatan senjata yang dimiliki oleh TNI tetapi dengan taktik yang dilakukan oleh Lambert membuat pesoalan untuk menangani kelompok TPN/OPM tentu tidaklah mudah. Hingga saat ini kita tidak mendengar adanya intimidasi dari berbagai pihak terhadap masyarakat di kampung Wembi, distrik Arso Timur kabupaten Keerom, Papua menyusul pengibaran bendera tanggal 25 juli 2009 tersebut. Kita tidak tahu sampai kapan Lambert di hutan, seperti kita tidak tahu sampai kapan pemerintah Indonesia menutup diri.

Keterangan foto : Lambert Pekikir saat membuka bendera Bintang Kejora kampung Wembi, 25 Juli 2009,andawat.